Rabu, 01 April 2015

23.51 - No comments

Sekolah Dasar Negeri

Sidorejo Lor
anak kecil itu berdiam diri diangkot merah yang aku naiki. Aku sedikit terlambat, pagi ini aku ada kuliah jam 7 dan aku hampir terbiasa dengan posisi telat, tapi aku juga tak ingin terus telat seperti ini, aku duduk di bangku tepat di belakang pak sopir, seperti lagu saja "kududuk disamping pak kusir" bedanya aku dibelakangnya, hehhehe.Di sampingku sudah ada seorang anak SD, pagi ini kendaraan sangat padat merayap, kudapati banyak motor lalu-lalang di depan gerbang SD itu. Seragam putih-merah yang ia kenakan sangat mengena dihati, aku seperti memasuki dimensi waktu dan kembali ke masa lalu. Dibalik kaca jendela angkot, aku tersenyum simpul melihat mereka memasuki gerbang menuju pintu kesuksesan yang akan mereka dapati beberapa puluh tahun lagi.
     Rasanya aku belum puas memandang adek manis dusampingku ini, wajahnya yang polos dan teduh, harum minyak kayu putih semerbak tercium, "ibunya pasti sangat ingin dia selalu dalam keadaan hangat." Aku teringat waktu dulu ibu sering sekali ngomel kalau aku tak pakai minyak kayu putih, kata ibu agar aku gak kedinginan, kalau aku selalu lelet menempatkan alat tulisku di tas ibu selalu marah dan memasukan alatku satu persatu kedalam tas. Kini aku menyadari ternyata marah ibu adalah bertanda ia sangat menyayangiku.
    Kembali aku pandangi adek manis ini, ia terlihat menguap sepertinya dia masih mengantuk, "wah jangan-jangan adiknya begadang nonton bola nih,?hihhi" pikiran jailku berkelana.
Aku mungkin tak mengerti arti bekerja keras, mungkin aku tak tahu bagaimana cara ibu untuk mencari uang untuk sesuap nasi bahkan biaya untuk sekolahku, aku tak pernah tau segala perjuangan itu, hingga aku melakukan segalanya semauku, tanpa aku memikirkan susahnya ibu berusaha keras untukku. Dia ingin aku menjadi lebih baik darinya, dia selalu menjadi garda terdepan saat semua masalah datang menyerang, saat suasana hatiku tak menentu ibu selalu perihatin akan keadaanku. Minyak kayu putih yang dulu menghangtkan tubuhku kini telah berganti parfum wangi yang membuatku lupa merasakan hangatnya minyak kayu putih, aku sering tak menghiraukan nasehat ibu, aku sering tak peduli dengan semua perhatian yang ibu berikan. Hingga aku sering melukai perasaan ibu. jarak telah memisahkan aku dan ibu, tapi aku tetap merasakan cintanya, sekalipun aku berada jauh ibu selalu sempat menanyakan padaku "sudah makan belum?" Begitu sms yang kuterima setiap pagi sebelum aku berangkat kuliah. Ibu engkau memang malaikatku.
     Aku termenung sangat lama dalam angkot, tak terasa aku sudah sampai di kampus. "Waktu berjalan cepat sekali." Aku bergumam pada diri sendiri. Bahkan baru sebentar aku memandangi anak kecil itu memasuki pintu kelas dan dengan sekejap aku tersadar dari lamunanku. "Aku jadi kangen ibu :)" kulangkahkan kaki menuju kelas dengan senyuman untuk mengawali kebaikan dan menjadi sebuah doa dariku untuk ibu.