Kamis, 12 Februari 2015

09.42 - No comments

Jadikan Setiap Tempat Adalah Sekolah Bagimu



Pagi yang cerah ini nampak sangat membuat semua orang bergegas untuk melakukan aktivitasnya, dari seorang pejabat, guru, karyawan hingga petani pun nampak sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Begitu pula aku yang tak sabar memulai pagi ini dengan aktivitas baru.
”Uhft... liburan kali ini harus berkesaan ataukah biasa-biasa saja ya!?” desahku, hanya bisa menikmati udara pagi yang berhembus mesra menerpa wajahku.
Sembari ku pejamkan mata ini sambil berbisik dalam hati, “Tuhan ... terimakasih atas rahmatMu pagi ini, dengan udara yang segar ini Kau sadarkan kami betapa besar AgungMu tak mampu sedikitpun aku sandingkan ini dengan keindahan apapun.” Dengan senyum mengembang aku buka perlahan kedua mataku memandang sekeliling hanya pemandangan indah yang ku tuju.
“Mbak... Koran datang!” Teriak seseorang dibawah, aku pun bergegas menuju kebawah untuk menemui bapak penjual koran tersebut.
Ya begitulah keseharian di rumah nenek, setiap pagi selalu berlangganan koran, karena kakek lebih senang membaca berita dari koran daripada harus menonton teve, dan kebetulan rumah kakek berada disebuah pedesaaan yang masih alami. Dan setiap liburan aku selalu mengunjungi mereka salah satu alasannya karena disini pemandangannya sangat indah dan jauh dari polusi yang selalu aku temui disisi kota yang penuh polusi.
Kebiasaan kakekku memang tak seperti kebiasaan warga kampung lainnya. Kakek ku terbilang orang yang berkecukupan dan memang tersohor di desa ini, namun kakek terkenal bukan karena kekayaan yang dia miliki tapi karena kedermawanannya. Meski kakek memiliki banyak harta tapi kakek tak pernah membanggakan itu semua, justru kedermawanannya lah yang menjadikan ia seperti sekarang ini.
Kakek memilki beberapa sawah dan tambak ikan di desa ini yang sebagian besar dikelola warga sekitar,
“Hal ini juga bertujuan agar dapat memajukan desa tercinta.” kakek selalu berkata demikian ini ketika orang-orang mulai memuji harta yang dimilikinya,
kakek selalu bercita-cita ingin memajukan desanya dari segi kulitas maupun kuantitas serta komoditas bahan pangan pokok dan kebutuhan lainnya, meskipun kakek sudah bukan menjadi perangkat desa lagi tapi kakek tetap peduli dengan lingkungan serta desa tempat tinggalnya. Ya, begitulah kakek dulunya adalah seorang lurah desa waktu masih muda. Ini adalah salah satu alasan yang membuat aku betah ketika aku berkunjung kerumah kakek selain desanya alami warganya pun ramah, tapi ada hal lain yang selalu aku tunggu-tunggu ketika liburan tiba yaitu mendengarkan cerita kakek yang penuh dengan kata-kata bijak.
“Terimakasih pak Man!” terdengar suara parau dibelakangku, dan itu kakekku.
Lamunanku pun buyar  sejenak, aku segera bergegas masuk untuk memberikan koran pada kakek. “Ini Kek, korannya. Hari ini ada berita menarik sepertinya Kek,”
sembari duduk kakek mengambil kacamata kunonya yang selalu menemani kakek dan menjadi saksi berbagai buku yang telah dibaca kakek, lembar demi lembar dibukanya, dibacanya koran itu dengan seksama,
” Hmm.. kamu benar cucuku .. ada berbagai kasus dikoran, pada halaman utama ada kasus korupsi, biasa pejabat tinggi negara, halaman kedua terdapat kasus pencurian, halaman berikutnya kasus perkelahian antar mahasiswa, wah... Nduk kamu jangan sampai beginian ya Nduk. Dijaga betul dirimu ya, ckckck ini berita selalu ada-ada saja.” Gumamnya tanpa heran karena sudah sering kasus yang sama mencuat beberapa kali kepermukaan, dan rasanya bukan menjadi rahasia lagi.
“Iya, Kek, aku mana mungkin seperti itu. Aku kan cucu kakek yang baik dan lucu, nggemesin lagi. Ya kan Kek.” Sambil lembut memanja kepada kakek.
“Kamu ini selalu bisa buat kakek gemes..” balas kakek kepadaku.
“Memang sekarang banyak kasus demikian, pejabat itu terlalu tamak akan harta ya Kek,” pancingku pada kakek, tujuannya sih sederhana agar kakek mau bercerita dan memberikan kata-kata bijaknya, meskipun tanpa diminta kakek juga sering  memberiku nasehat yang bermakna sekali.
“Iya, kamu tahu sendiri manusia mana ada puasnya. Sudah dikasih hati minta jantung. Coba saja mereka bisa mensyukuri apa yang telah mereka dapat, tentu hal ini tak akan pernah terjadi dinegeri tercinta ini.”
Aku memperhatikan apa yang dikatakan oleh kakek dengan seksama dan penuh rasa ingin tahu. Kakek memandangiku sejenak lalu tersenyum melihatku memperhatikannya dengan khusyu’  dan kemudian melanjutkan ceritanya sembari bertanya padaku, “Kenapa kamu memandangi kakek seperti itu?”
singkat saja jawaban yang terlontar dariku “Aku kan ingin dengar wejangan dan nasehat dari kakek, hehehe. Ayo kek, lanjutkan ceritanya!” rengekku padanya.
“Ya begitulah Nduk, ikut kakek yuk!” seraya berjalan keluar halaman rumah,
“sepertinya aku akan diajak jalan-jalan sekitar kampung ini.” Pikirku dalam hati.
Aku mengikuti kakek dari belakang karena kakek terlampau cepat jalannya duh, aku kerepotan berlari, “Tunggu Kek, Kakek cepat sekali jalannya !”
“Kamu ini masih muda tapi seperti sudah tua saja, berjalan segitu saja sudah mengeluh kamu Nduk, bagaimana mau jalan jauh coba. Orang jaman dulu itu belum ada kendaraan, mobil, sepeda dan orang jaman dulu selalu jalan kaki untuk mencapai tujuan tempat yang jauh.” Jawab kakek kepadaku.
“Yah.. Kakek, aku kan belum terbiasa Kek, Kita mau kemana sih Kek?” sahutku sambil menghela nafas yang tersengal-sengal karena mengejar kakek.
“Sudah ikuti saja!”
Tanpa pikir panjang aku ikuti kakek menuju tempat tambak ikan milik kakek yang terletak tidak begitu jauh dari rumah kakek, tapi cukup membuat nafasku tersengal menuju kesana, dan disana ada kolam berisi gurame dan kawan-kawannya, sedangkan yang lain tambak ikan lele.
“Kamu lihat itu, Nduk?”tanya kakek padaku.
“Iya Kek, itu kolam ikan lele yang disana ada kolam ikan gurame.” Jawabku polos.
“Iya, lalu?” pertanyaan kakek yang membuatku semakin bingung,
“apa alasan kakek sebenarnya mengajak aku kesini?” pikirku dalam hati.
“Maksutnya? Aku belum mengerti maksud kakek.”
“Kamu tahu mengapa ikan yang berbeda dipisah dengan kolam yang berbeda?” pertanya kakek terdengar lucu bagiku, sedang aku belum mengerti hal apa yang ingin disampaikan kakaek padaku.
“Jelas karena lele dan gurame itu ikan yang berbeda kan Kek, meskipun tak menutup kemungkinan lele dan gurame bisa saling hidup ditempat yang sama. Pemisahan keduanya agar pemilik ikan dapat dengan mudah mengelompokan dalam satu wadah ketika di panen kelak.” Kujawab sekenaku.
Kakek hanya tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
“Kakek, aku berbicara panjang kali lebar kali tinggi, tapi aku belum paham maksud kakek,”
“Nduk, apa yang kamu katakan tadi benar sekali, coba sekarang kita lebih dekat melihat lebih dekat!”
Aku hanya manggut saja mengikuti arah kakek melangkah menuju kolam di seberang yang agak jauh dari tempatku berdiri.
“Iya, itulah sebabnya kakek mengajakmu kesini, tadi pertama kamu bilang mereka itu ikan-ikan yang yang berbeda, meskipun sama-sama ikan dan hidup di air tetap saja jenis mereka berbeda. Dan tujuannya memisahkan perbedaan tersebut agar pemilik ikan dapat dengan mudah mengelompokan dalam satu wadah ketika di panen kelak. Begitu pula manusia. Sejatinya semua manusia adalah sama, tapi meski sama-sama manusia tapi setiap orang memiliki sifat, watak, pandangan, pendapat, kepribadian yang berbeda, antara satu sama lain tidak akan sama. Tapi allah tidak pernah membeda-bedakan kita atas jenis dan rupa, tapi kelak dipadang mahsyar Allah akan mengumpilkan kita berdasarkan amal perbuatan kita, entah kita termasuk pada golongan kanan atau golongan kiri, seperti yang dijelaskan pada alquran surat Al-Waqi’ah ayat 1-9 yang artinya seperti ini :
Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan  dan kamu menjadi tiga golongan .Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. . Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga).

Dan dijelaskan pula pada surat yang lain :

Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (QS.Az-Zumar(39):68-70).”
 Dan di zaman yang sudah tak memanusiakan manusia ini banyak terjadi kasus-kasus yang menyimpang dari aturan agama, korupsi, pembunuhan, kekerasan dimana-mana, lalu dimana letak Islam saat ini? Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah, yang artinya seperti ini :
"(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat 3 manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras."(QS. Al-Hajj: 2) Setelah terjadinya kerusakan dan kehancuran bumi maka akan terjadi alam dan hidup baru. Muncullah manusia dalam keadaan yang berbedabeda. Orang-orang yang beramal baik di dunia, akan memetik hasilnya kelak di akhirat dan sebaliknya bagi orang yang selalu berbuat kejahatan dan kemaksiatan kelak akan mendapat siksa.

Bahwa jelas akan datang waktu dimana kehancuran manusia akan terjadi. Hal ini seharusnya membuat manusia tersadar akan apa yang harus dilakukan. Apabila akan datang hari yang tak disangka-sangka kita tak akan bisa berbuat apa-apa, habislah kita.” Ucap kakek dengan mengangkat kedua tangannya menggambarkan ketidaktahuannya tentang apa yang harus dilakukan diakhirat kelak ketika sudah tak ada lagi yang bisa dilakukan.
Tentu hal ini membuatku merinding, dan aku sangat terkesima dengan penjelasan kakek tadi, membuatku manggut-manggut dibuatnya. Seketika pikiranku melesat jauh. Aku mulai paham, meski ikan itu sama, tapi mereka adalah berbeda karena kelak waktu dipanen, sang pemilik akan membedakannya dari segi kualitas. Aku pun termenung acapkali terdengar gemuruh air yang merdu mengalir lembut mendamaikan hati, kulihat sosok ikan bermain main disana. Takjub rasanya melihat kuasaNYA,  mungkin bagi sebagian orang nampak biasa saja tapi jika mereka bisa melihat lebih dalam memperhatikan segala ciptaanNYA sungguh luar biasa. Ikan yang tak berakal mampu berenang melawan arus air yang mengalir untuk dapat tetap bertahan hidup, mereka bersaing mencari makan, tanpa harus menyingkirkan lawan. Mereka kesana kemari selalu bersama untuk mencari kehidupan, hidup bersama membuat mereka aman untuk tetap hidup tanpa gangguan lawan. Ikan tahu saat kapan saat ia harus kedasar untuk mencari tempat perlindungan, dan kapan saatnya ia harus kepermukaan untuk mencari sehelai udara dan melirik cahaya sang surya. Ikan telah mengajarkan banyak hal untukku. Belajar untuk hidup bersama mencari arti kehidupan, karna dengan kebersamaan hidup akan aman dari ganguan luar dan kokoh serta damai.

Perlunya membaca setiap hikmah yang ada disekitar kita. Setiap tempat adalah sekolah untuk belajar. Dan setiap orang adalah guru untuk mengajari kita. Hanya bagaimana kita dapat membaca situasi dan kondisi serta belajar dari apa yang telah terjadi disekitar kita. Karna hidup adalah belajar. Sedang Tuhan akan selalu mengawasi segala tingkah laku perbuatan kita, dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Bagaimana bisa sebagai manusia yang dikaruniai kesempurnaan akal pikiran dan hati membiarkan waktu berlalu tanpa manfaat, dan melewatkan belajar setiap detik dalam hidup kita.
Pikiran itu buyar seketika, kakek mengajakku pulang kerumah karena matahari mulai terik diatas kepala dan akku selalu bersemangat menanti wejangan kakek di lain waktu. Aku pulang untuk istirahat melepas lelah dan aku mulai memiliki semangat baru untuk menyongsong hari esok dengan harapan baru. Akan bertekad untuk mengukir setiap hal yang aku dapati, karena aku yakin semua yang terjadi menyisakan hikmah yang tak terperi.

Ikan ;)